BAB VIII
PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI
Sejak
tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya.
Dengan demikian bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka,
bebas dari belenggu penjajahan. Akan tetapi, Belanda belum rela dengan kemerdekaan
Indonesia tersebut. Melalui berbagai cara Belanda tetap ingin menjajah
Indonesia. Bagaimana sikap Bangsa Indonesia? Tentu saja, bangsa Indonesia
tidak tinggal diam. Dengan berbagai upaya, bangsa Indonesia tetap mempertahankan
kemerdekaannya. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan bangsa Indonesia
untuk mempertahankan kemerdekaannya?
A.
Perjuangan Bangsa Indonesia
Mempertahankan Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Akan tetapi, ada pihak-pihak yang tidak mengakui kedaulatan pemerintahan
Republik Indonesia.
Ketika negara kita memproklamasikan kemerdekaan, tentara Jepang
masih ada di Indonesia. Sekutu menugaskan Jepang untuk menjaga keadaan
dan keamanan di Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah kepada
Sekutu.
Tugas tersebut berlaku saat Sekutu datang
ke Indonesia. Rakyat Indonesia yang menginginkan
hak-haknya dipulihkan, berusaha mengambil
alih kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha tersebut mendapat rintangan dari
pihak Jepang sehingga di beberapa tempat terjadi pertempuran antara tentara Jepang
dengan rakyat Indonesia. Pertempuran-pertempuran tersebut menimbulkan
korban di kedua belah pihak.
Ketika rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang, Belanda (NICA)
dating membonceng tentara Sekutu. Tujuan
Belanda ingin menjajah kembali Indonesia.
Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu dan pasukan NICA tiba
di Indonesia dan mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok. Tentara Sekutu
membantu NICA yang ingin membatalkan
kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia tidak ingin
lagi menjadi bangsa yang terjajah. Rakyat Indonesia bangkit melawan tentara Sekutu
dan NICA. Rakyat Indonesia menggunakan senjata rampasan dari Jepang dan
senjata tradisional yang ada. Berkobarlah pertempuran di mana-mana.
1.
Pertempuran
Surabaya
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu
mendarat di Tanjung Perak, Surabaya.
Tentara Sekutu di bawah pimpinan
Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan
tentara tersebut diikuti oleh NICA.
Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan sehingga menimbulkan
kekacauan di Surabaya. Hal tersebut
menimbulkan bentrokan antara rakyat
Surabaya dengan tentara Sekutu.
Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945
terjadi pertempuran yang hebat. Ketika
terdesak, tentara Sekutu mengusulkan
perdamaian. Tentara Sekutu mendatangkan
pemimpin-pemimpin Indonesia untuk mengadakan gencatan senjata
di Surabaya.
Tentara Sekutu tidak menghormati gencatan senjata. Dalam insiden
antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu,
Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan Jendral Christiso Panglima
Sekutu di Indonesia, meminta kepada pemerintah Indonesia menyerahkan
orang-orang yang dicurigai membunuh Jendral Mallaby. Permintaan tersebut
diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut,
Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan
senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal
9 November 1945 pukul 18.00 WIB. Apabila ultimatum
tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya
akan diserang dari darat, laut, dan udara. Gubernur
Suryo, diberi wewenang oleh pemerintah
pusat untuk menentukan kebijaksanaannya. Beliau
bermusyawarah dengan pimpinan TKR
(Tentara Keamanan Rakyat) dan para
pemimpin perjuangan rakyat di Surabaya. Hasil
musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya
menolak ultimatum dan siap melawan ancaman Sekutu.
Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu
menggempur Surabaya dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur
Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan
sejengkal tanah pun kepada tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar,
Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran yang berlangsung
sampai awal Desember itu gugur beribu-ribu pejuang Indonesia. Pemerintah
menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan
untuk memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya mencerminkan
tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia.
2.
Pertempuran
Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih
2000 pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Peristiwa ini
memakan banyak korban dari kedua belah
pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu korban sehingga
namanya diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang
sampai sekarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah
membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
3.
Pertempuran
Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan
Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan
tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi
oleh NICA dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka
terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda. Pasukan Inggris akhirnya terdesak
mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Letkol Isdiman gugur sebagai
kusuma bangsa. Kemudian Kolonel Sudirman
terjun langsung dalam pertempuran tersebut dan pada
tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia
berhasil memukul mundur Sekutu sampai Semarang.
Karena jasanya maka pada tanggal 18
Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat
menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat
Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal
15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.
4.
Pertempuran
Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi Belanda
dan NICA di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di Medan. Pada
tanggal 13 Oktober 1945 para pemuda yang
tergabung dalam TKR terlibat bentrok dengan pasukan
Belanda, sehingga hal ini menjalar ke seluruh kota Medan. Hal ini menjadi awal
perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Medan Area.
5.
Bandung
Lautan Api
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945.
Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang
oleh TKR diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal
21 November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan.
Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut
diulang tanggal 23 Maret 1946.
Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung,
tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung tidak
dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati TRI
mengosongkan kota Bandung. Sebelum
keluar Bandung pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas
Sekutu dan membumihanguskan Bandung bagian selatan.
Untuk mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki mengabadikannya dalam
sebuah lagu yaitu Hallo-Hallo Bandung.
6.
Agresi
Militer Belanda
Agresi militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh Belanda
kepada Negara Republik Indonesia. Kurang
lebih satu bulan setelah kemerdekaan Indonesia,
tentara sekutu datang ke Indonesia.
Dalam pendaratannya di Indonesia, tentara
sekutu diboncengi NICA. Selain bermaksud melucuti tentara Jepang, tentara
sekutu membantu NICA mengembalikan Indonesia sebagai jajahannya.
Dengan bantuan sekutu, NICA ingin membatalkan kemerdekaan
rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak mau dijajah
lagi. Rakyat Indonesia tidak mempunyai pilihan
lain untuk mempertahankan kemerdekaannya,
kecuali dengan bertempur sampai titik darah
penghabisan. Di sebagian besar
wilayah Indonesia, tentara Sekutu dan NICA harus menghadapi
perlawanan pejuang-pejuang Indonesia.
Perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya,
menyadarkan tentara Sekutu bahwa bangsa
Indonesia tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan
senjata. Sekutu menempuh cara lain, yaitu mempertemukan
Indonesia dan Belanda di meja perundingan.
Perundingan dilaksanakan tanggal 10 November
1946 di Desa Linggarjati sebelah selatan Cirebon,
Jawa Barat. Perundingan tersebut dinamakan Perundingan
Linggarjati. Hasil perundingan dinamakan Persetujuan
Linggarjati.
Perundingan ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan
Republik Indonesia. Kedaulatan tersebut
meliputi wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra. Belanda
ternyata melanggar isi Persetujuan Linggarjati. Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan
serangan militer ke daerah-daerah yang termasuk wilayah RI. Serangan
tersebut terkenal dengan nama Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda
I bertujuan menguasai daerah-daerah perkebunan dan pertambangan.Daerah-daerah
tersebut antara lain Sumatra Timur, Sumatra selatan, Priangan,Malang dan
Besuki.
Menghadapi serangan Belanda itu, rakyat berjuang mempertahankan
tanah airnya. Rakyat melakukan taktik perang gerilya. Perang gerilya
yaitu taktik perang menyerang musuh yang dilakukan
dengan cara sembunyi-sembunyi. PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) berusaha menengahi pertikaian Indonesia dengan Belanda.
PBB membentuk komisi perdamaian. Komisi itu beranggotakan tiga negara,
yaitu Australia, Belgia, dan Amerika serikat. Komisi itu disebut Komisi Tiga
Negara (KTN).
Berkat usaha Komisi Tiga Negara, Indonesia dan Belanda kembali ke
meja perundingan. Perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 1947
di atas kapal perang Amerika Serikat. Kapal
tersebut bernama USS Renville. Hasil perundingan
tersebut dinamakan Perjanjian Renville. Dalam perundingan ini, delegasi
Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan delegasi belanda
dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo.
Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia. Salah satu
isi Perjanjian Renville adalah Republik Indonesia
harus mengakui wilayah yang telah direbut Belanda
dalam Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda adalah serangan yang
dilancarkan oleh pasukan Belanda kepada Indonesia untuk menghancurkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 21 Juli 1947 dan 19 Desember
1948.
Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II.
Agresi Militer Belanda II bertujuan
menghapuskan pemerintahan RI dengan menduduki kota-kota
penting di Pulau Jawa. Dalam Agresi Militer II, pasukan Belanda menyerang
Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta dan menahan Presiden Soekarno,
Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa pejabat tinggi negara.
Rakyat Indonesia pantang menyerah. Dengan semboyan sekali merdeka
tetap merdeka, rakyat berjuang sampai titik darah penghabisan. Rakyat
tetap melakukan perang gerilya. Aksi militer Belanda
tersebut menimbulkan protes keras dari kalangan
anggota PBB. Oleh karena itu, Dewan keamanan PBB mengadakan siding pada
tanggal 24 Januari 1949, dan memerintahkan Belanda agar menghentikan agresinya.
Belanda di bawah Dewan Keamanan PBB meninggalkan Yogyakarta serta
membebaskan presiden, wakil presiden dan pejabat tinggi negara yang ditawan.
B.
Menghargai
Jasa Para Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan
1.
Pengakuan Kedaulatan Republik
Indonesia oleh Belanda
Untuk
menghadapi KMB diadakan Konferensi Inter Indonesia. Konferensi tersebut
dimaksudkan untuk mempertemukan pandangan wakil Republik Indonesia
dengan wakil BFO. BFO merupakan organisasi yang terdiri atas pemimpin negara-negara
bagian atau negara-negara kecil yang ada di Indonesia. Negara-negara bagian
tersebut timbul karena adanya politik devide et impera. Politik devide et
impera adalah politik memecah belah.
Bagian-bagian wilayah Indonesia yang diduduki Belanda
dipecah-pecah sehingga timbul negara-negara kecil (negara boneka).
Sesudah
berhasil menyelesaikan masalah dalam negeri melalui Konferensi Inter
Indonesia, bangsa Indonesia siap menghadapi KMB. Pada tanggal 23 Agustus 1949
dibuka di Den Haag, Belanda. Delegasi RI dipimpin Drs. Moh. Hatta. Delegasi BFO
dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak. Delegasi Belanda dipimpin Mr. J.H.
Van Marseveen. Sedangkan PBB diwakili Chritclev. Pada
tanggal 2 November 1949 dilakukan upacara penandatanganan naskah penyerahan
kedaulatan. Upacara tersebut dilakukan pada waktu yang bersamaan di
Indonesia dan di Belanda. Dengan peristiwa tersebut secara resmi Belanda mengakui
kedaulatan bangsa Indonesia di seluruh wilayah bekas jajahannya. Di Den
Haag naskah penyerahan ditandatangani Drs. Moh. Hatta mewakili Indonesia dan
Ratu Juliana mewakili Belanda.
2.
Peranan
Beberapa Tokoh dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan dua cara. Cara tersebut
meliputi perang dan diplomasi. Ada beberapa tokoh yang berperan dalam kedua
cara tersebut, antara lain sebagai berikut.
a.
Ir.
Soekarno
Tanggal 17
Agustus 1945, Ir. Soekarno atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno diangkat
menjadi Presiden Republik Indonesia. Sebagai
pemimpin tertinggi, Presiden Soekarno banyak melakukan
diplomasi dengan pemimpin-pemimpin tentara Sekutu di
Indonesia.
Kedatangan
tentara Sekutu di Indonesia yang diboncengi NICA membuat
Presiden Soekarno berada pada
posisi yang sulit. Sekutu yang hanya
memperoleh informasi sepihak dari Belanda, mendukung pengembalian
Indonesia sebagai jajahan Belanda. Berkat diplomasi Presiden Soekarno
dan Bung Hatta, Sekutu yang dipimpin Letjen Christison mau mengakui keberadaan
RI. Tanggal 1 Oktober 1945, Letjen Christison menyatakan bahwa kedatangannya
tidak akan merebut pemerintahan Republik Indonesia.
Kemampuan
diplomasi Presiden Soekarno diuji kembali ketika pecah pertempuran
di Surabaya tanggal 28 Oktober 1945. Tentara Sekutu di bawah pimpinan
Brigjen Mallaby mengakibatkan jatuhnya korban di kedua belah pihak. Untuk
menghindari terjadinya korban di kedua belah pihak, Bung Karno mengadakan
diplomasi. Berkat diplomasi Bung Karno jatuhnya korban di kedua belah
pihak dapat dihindari.
Selama Perang
Kemerdekaan sampai pengakuan kedaulatan, perjuangan Bung
Karno terus berlanjut. Bung Karno tetap memakai cara diplomasi dalam perjuangannya.
Hal ini tercermin dari pidato Bung Karno pada suatu rapat umum di
Magelang pada tanggal 16 Maret 1946. Beliau menyatakan bahwa ada jalan perjuangan
bagi bangsa Indonesia, satu di antaranya jalan diplomasi.
b.
Drs.
Mohammad Hatta
Drs. Mohammad
Hatta (Bung Hatta) sejak muda telah menjadi tokoh penggerak
mahasiswa Indonesia. Bung Hatta adalah seorang tokoh organisasi Pemuda
Indonesia (PI). Pemuda Indonesia merupakan organisasi mahasiswa dan pelajar
Indonesia di luar negeri (Belanda). Pemuda Indonesia mempunyai pengaruh yang
besar bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Tanggal 17
Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta bersama Ir. Soekarno memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia atas nama bangsa Indonesia. Tanggal 18
Agustus 1945 Drs. Mohammad Hatta dipilih menjadi wakil Presiden Indonesia yang
pertama.
Dalam usaha
mempertahankan kemerdekaan Indonesia perjuangan Bung Hatta
dilakukan melalui cara diplomasi. Beliau mengadakan diplomasi dengan pihak
penjajah maupun negara-negara lain di dunia. Beliau berusaha agar kedaulatan
Indonesia diakui dunia.
Tanggal 13
Januari 1948 diadakan perundingan di Kaliurang. Perundingan tersebut
membicarakan daerah kekuasaan Republik Indonesia. Perundingan tersebut
dilakukan oleh Komisi Tiga Negara (Amerika, Australia, dan Belgia) dengan Indonesia.
Mohammad Hatta, Ir. Soekarno, Sultan Syahrir, dan Jendral sudirman merupakan
wakil dari Indonesia.
Tanggal 23
Agustus Drs. Mohammad Hatta memimpin delegasi Indonesia dalam
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Konferensi Meja Bundar merupakan
perundingan antara Indonesia, delegasi BFO, UNCI (dari PBB) dan Belanda.
Tujuan utama
Konferensi Meja Bundar adalah untuk menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda
yang mengarah pada pengakuan kedaulatan
Indonesia.
Tanggal 2
November 1949 tercapai persetujuan KMB. Hasil
KMB adalah Belanda akan menyerahkan kedaulatan Republik
Indonesia Serikat pada akhir bulan Desember 1949.
Tanggal 27
Desember 1949 di Den Haag dilakukan upacara penandatanganan
naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia
Serikat diwakili Drs. Mohammad Hatta, sedangkan
Belanda diwakili Ratu Yuliana.
c.
Sri
Sultan Hamengkubuwono IX
Sri Sultan Hamengkubuwono
IX adalah seorang raja di Yogyakarta.
Beliau seorang demokrat sejati. Dengan sukarela beliau
memasukkan daerah kerajaannya ke dalam wilayah Republik
Indonesia. Dengan gigih beliau ikut berperang melawan
Belanda. Pada awal Januari 1946 pemerintah mengambil keputusan untuk
memindahkan kedudukan pemerintahan pusat RI ke Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono
IX menyambut hangat kepindahan tersebut. Beliau melindungi
pejabat-pejabat negara dan keluarganya dari ancaman tentara Belanda.
Beliau rela berkorban
demi perjuangan. Belanda ingin beliau mengubah
sikapnya terhadap Republik Indonesia. Belanda
mengirim utusan untuk membujuk beliau agar mau bekerja sama dan memihaknya.
Belanda menjanjikan hadiah wilayah Jawa dan Madura. Beliau tetap tegar
pada pendiriannya. Beliau setia kepada Republik Indonesia. Keinginan Beliau hanya
satu yaitu Belanda segera pergi dari Republik Indonesia.
Pada awal
kehidupan Republik Indonesia, Sultan Hamengkubuwono IX berhasil
meminta kesanggupan Letkol Soeharto untuk mempersiapkan serangan umum.
Tanggal 1 Maret 1949 serangan umum dilaksanakan dan TNI berhasil menduduki
kota Yogyakarta dalam waktu enam jam. Keberhasilan serangan tersebut
menunjukkan bahwa Republik Indonesia belum habis riwayatnya. Sri
Sultan Hamengkubuwono IX berperan dalam usaha pengakuan kedaulatan RI.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Sri Sultan Hamengkubuwono IX menandatangani
naskah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda di Jakarta.
Di Jakarta
naskah penyerahan kedaulatan ditandatangani oleh Sri Sultan Hamengkubuwono
IX mewakili Indonesia dan Wakil Tinggi Mahkota A.H.J. Lovink mewakili
Belanda.
Penandatanganan
naskah penyerahan kedaulatan mengakhiri periode perjuangan
bersenjata rakyat Indonesia.
d.
Jendral
Soedirman
Jendral
Soedirman adalah pejuang yang gigih. Dalam keadaan
sakit beliau tetap memimpin perlawanan terhadap Belanda.
Pada tanggal 12
Desember 1945 Kolonel Soedirman memimpin
pertempuran melawan Sekutu di Ambarawa. TKR
berhasil memukul mundur tentara Sekutu. Dalam menghadapi
Sekutu, Kolonel Soedirman menggunakan taktik
Perang Gerilya. Kolonel Soedirman merupakan tokoh
yang mempelopori Perang Gerilya di Indonesia. Keberhasilan
Kolonel Soedirman memimpin pertempuran
di Ambarawa, membuat beliau dipilih menjadi
Panglima Besar TKR dengan pangkat Jendral.
Pada masa itu
di Indonesia timbul bermacam-macam badan
kelaskaran. Badan-badan kelaskaran itu mempunyai tujuan
yang sama yaitu melawan dan mengusir penjajah. Oleh karena itu, pada tanggal
3 Juni 1947 semua badan kelaskaran dimasukkan dalam satu wadah yaitu Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Tentara Nasional Indonesia dipimpin oleh Panglima
Besar Jendral Soedirman.
Pada saat
tentara Belanda menduduki Yogyakarta beliau mengambil keputusan melanjutkan
perang gerilya. Keputusan tersebut disambut baik oleh segenap anggota
TNI. Tindakan Panglima Besar Jendral Soedirman berhasil meningkatkan semangat
perjuangan Republik Indonesia.
Dalam keadaan
fisik yang lemah beliau memilih bergerilya daripada ditawan Belanda.
Selama bergerilya beliau ditandu. Beliau menempuh jalan beratus-ratus kilometer
keluar masuk hutan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.[1]
[1] Siti Syamsiyah, Dkk. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 5 Untuk
SD/MI Kelas 5. (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
2008)
No comments:
Post a Comment