BAB VI
PERSIAPAN KEMEREKAAN INDONESIA dan PERUMUSAN
DASAR NEGARA
Penderitaan
yang dialami bangsa Indonesia selama penjajahan telah menimbulkan
kesadaran bahwa hanya dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia
dapat memerdekakan diri dari penjajah.
Perjuangan
bangsa Indonesia dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk
mengusir penjajah, baik dari kaum ulama, pelajar, dan mahasiswa. Persiapan Kemerdekaan
Indonesia dilakukan dengan usaha yang gigih dan semangat tinggi. Tokoh-tokoh
penting berusaha keras dalam mempersiapkan kemerdekaan dan merumuskan
dasar negara.
Marilah
kita teladani sikap dan semangat dari para tokoh pejuang kita. Kalian sebagai
generasi bangsa ikut ambil bagian dalam perjuangan bangsa untuk membebaskan
diri dari kebodohan. Tugas kalian untuk mengisi kemerdekaan dengan
sikap dan semangat rajin belajar.
A. Kekalahan jepang dalam perang dalam pasifik
Perang Pasifik disebut juga Perang Asia Timur Raya. Perang ini
terjadi antara Jepang dengan Sekutu (yang termasuk Tiongkok,
Amerika Serikat, Britania Raya, Filipina,
Belanda, dan Selandia Baru). Dalam Perang
Pasifik, Pulau Saipan jatuh ke tangan
pasukan Amerika Serikat. Keadaan ini
terjadi pada bulan Juni 1944. Jatuhnya Pulau
Saipan menyebabkan posisi Jepang semakin
terancam, karena di berbagai wilayah
peperangan Jepang selalu menemui
kekalahan. Oleh karena itu, pada tanggal
9 September 1944 Perdana Menteri Koiso
memberi janji kemerdekaan kepada rakyat
Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menarik
simpati rakyat Indonesia.
B.
Masa
Persiapan Kemerdekaan
Tentara Jepang pada masa Perang Pasifik semakin terdesak dan
mengalami kekalahan. Pasukan Jepang yang
berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan diri.
Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia, pada tahun 1942–1945 Indonesia
dibagi dalam dua wilayah kekuasaan. Dua wilayah kekuasaan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Wilayah komando
angkatan laut yang berpusat di Makassar, meliputi Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.
2.
Wilayah
komando angkatan darat yang berpusat di Jakarta, meliputi Jawa, Madura,
Sumatra, dan Malaya. Pusat komando untuk seluruh kawasan Asia
Tenggara terdapat di Dallat (Vietnam).
Setelah Sekutu berhasil menguasai Pulau Irian dan Pulau Morotai di
Kepulauan Maluku, maka tanggal 20 Oktober
Jenderal Douglas Mac Arthur menyerbu Kepulauan
Leyte (Filipina), dan tanggal 25 Oktober Jenderal Douglas Mac Arthur mendarat
di Pulau Leyte.
Bulan Februari 1945 pasukan Sekutu berhasil merebut Pulau Iwo Lima
di Jepang. Sejak saat itu kekuatan tentara Jepang semakin lemah. Untuk
menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang
mengizinkan Indonesia untuk mengibarkan bendera
Merah Putih di samping bendera Jepang. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
boleh dikumandangkan setelah lagu Kebangsaan Jepang Kimigayo.
Menjelang akhir PD II, Jepang mengalami banyak kekalahan. Pada
tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan
Nagasaki dibom oleh Sekutu. Pada tanggal 11
Agustus 1945, Jepang memberikan janji kemerdekaan yang disampaikan kepada
tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr.
Rajiman Wedyodiningrat. Ketiganya diminta mempersiapkan kemerdekaan. Dengan
janji ini Jepang berharap, rakyat Indonesia mau membantu Jepang yang semakin
terdesak dan mengalami kekalahan di mana-mana. Dalam situasi yang semakin
kritis, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan tiga tindakan sebagai
berikut.
1.
Membentuk
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai.
2.
Mempersiapkan
lembaga latihan nasional (Kenkuko Gakuin) yang melatih dan
mendidik pemimpin negara yang baru.
3.
Memperluas
pembicaraan tentang kemerdekaan Indonesia. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan didampingi
dua orang wakil yaitu Icibangase dan R.P. Soeroso. Tugas pokok BPUPKI ialah menyiapkan organisasi pemerintahan yang
akan menerima kemerdekaan dari pemerintahan Jepang. Pada tanggal 28 Mei
1945 diadakan upacara pembukaan BPUPKI di Jalan Pejambon Jakarta atau tepatnya
di Gedung Cuo Sangi In. Dalam upacara tersebut Jepang diwakili oleh Jendral
Itagaki dan Nagano. BPUPKI menggelar sidang pertama pada tanggal 29 Mei
– 1 Juni 1995 yang menyepakati bentuk negara republik dengan kepala Negara dan
kepala pemerintahan dijabat oleh seorang presiden. Dalam rapat ini juga dibahas
dasar negara republik Indonesia serta mengenai pembentukan sebuah panitia
yang disebut Panitia Sembilan.
Adapun
anggota panitia sembilan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Ir.
Soekarno (ketua)
2.
Drs.
Mohammad Hatta (wakil ketua)
3.
Mr.
Ahmad Soebarjo
4.
Abdul
Kahar Muzakir
5.
Abikusno
Cokrosuyoso
6.
K.H.
Wahid Hasyim
7.
Mohammad
Yamin
8.
Mr.
A.A. Maramis
9.
Haji
Agus Salim
Sebelum janjinya terpenuhi, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita
kekalahan Jepang tersebut masih dirahasiakan. Tetapi
salah seorang pemuda Indonesia yaitu Sutan Syahrir mendengar lewat siaran radio
luar negeri. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus golongan pemuda yang terdiri dari
Wikana, Sutan Syahrir, Darwis dan lain-lain mendesak Bung Karno untuk segera
mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditolak oleh para golongan tua
dengan alasan harus dibicarakan dalam sidang PPKI.
1.
Peristiwa
Rengasdengklok (Jawa Barat)
Golongan tua
terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Ahmad Soebarjo, Dr. Rajiman
dan sebagainya. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta
diculik oleh golongan muda dibawa ke Rengasdengklok. Tujuan mereka adalah
mengamankan tokoh bangsa dari pengaruh Jepang. Mereka meyakinkan Soekarno
bahwa jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang,
apa pun resikonya.
Di Jakarta,
golongan muda, Wikana dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo
melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Kemudian Yusuf Kunto diutus
untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Subardjo
berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan
kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju
ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan
Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15
pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan pada 16
Agustus. Malam harinya, Soekarno dan Hatta
kembali bertemu dengan Letnan Jenderal Moichiro
Yamamoto, komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (Gunseikan)
di Hindia Belanda dengan sepengetahuan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura,
Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi
antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan
Hatta menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki
wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan. Setelah itu, mereka bermalam
di kediaman Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1).
Pada pukul
02.00 WIB malam itu diadakan rapat PPKI yang dipimpin oleh Bung
Karno bertempat di kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jl. Imam Bonjol
No.1 Jakarta untuk merumuskan teks proklamasi dan membicarakan persiapan
kemerdekaan Indonesia.
2.
Perumusan
Teks Proklamasi
Perundingan
antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks
proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini hari.
Teks proklamasi ditulis di kediaman Soekarno, Jln. Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Naskah
proklamasi disusun oleh tiga orang, yaitu Bung Karno, Bung Hatta, dan
Ahmad Soebarjo. Teks proklamasi terdiri dari dua kalimat, yang ditulis oleh Bung
Karno. Kalimat pertama dikutip oleh Mr. Ahmad Soebarjo dari piagam Jakarta,
kemudian Bung Hatta menyempurnakan dengan kalimat kedua.
Pada awalnya,
para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan
semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak yang
masih menguasainya. Tetapi, mayoritas anggota PPKI tidak menyetujuinya.
Pada akhirnya,
disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. Para
pemuda juga meninginkan agar naskah proklamasi turut ditandatangani oleh
enam pemuda bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Mereka
beranggapan bahwa PPKI adalah wakil Jepang. Kemudian dicapailah kesepakatan
dengan menuliskan “atas nama bangsa Indonesia”.
Naskah teks
proklamasi disepakati dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia. Naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Penandatanganan
teks proklamasi dilakukan oleh dua tokoh tersebut atas usul Sukarni.
Tokoh yang hadir dalam pertemuan tersebut di antaranya Chairul Saleh, Sukarni,
Sayuti Melik, B.M Diah, Sudiro, dan tokoh-tokoh tua yang lain.
3.
Detik-Detik
Proklamasi
Sesuai janji
Ahmad Soebarjo, esok harinya Jumat 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan
Timur 56 Jakarta, diadakan upacara bendera dan pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia. Tepat pukul 10.00 WIB Ir. Soekarno berpidato
singkat dan membacakan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Acara selanjutnya upacara pengibaran bendera sang merah putih olehS. Suhud dan
Latief Hendraningrat yang diiringi dengan lagu Indonesia Raya. Bendera tersebut dijahit oleh
Ibu Fatmawati Soekarno.
Tokoh yang hadir di antaranya adalah Ki Hajar Dewantara, Dr. Moewardi, A.A.
Maramis, A.G. Pringgodigito dan tokoh-tokoh dari PPKI maupun para pemuda. Pada saat itu yang hadir lebih dari seribu orang. Guna mengenang
jasanya maka Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
dijuluki sebagai pahlawan proklamator Indonesia.
C. Menghargai Jasa
Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan
Kemerdekaaan yang kita nikmati sekarang bukanlah hadiah dari
pemerintah Jepang atau pemerintah Belanda.
Kemerdekaan ini adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia.
Perjuangan bangsa Indonesia mengusir penjajah
sudah dimulai sejak penjajah menginjakkan kakinya
di bumi Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan munculnya
para tokoh atau pahlawan yang berjuang melawan
penjajah. Namun, perjuangan itu selalu mengalami
kegagalan karena tidak adanya rasa persatuan dan
kesatuan. Masing-masing tokoh berjuang untuk membela
dan mempertahankan daerahnya sendirisendiri.
Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta merupakan tokoh
proklamator Indonesia. Keduanya berjuang dengan sungguh-sungguh
agar Indonesia dapat meraih kemerdekaannya.
Setelah Indonesia merdeka, Ir. Soekarno dijadikan
presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Untuk menghargai jasa
kedua proklamator tersebut, pemerintah membangun monumen proklamasi yang
bertempat di Jakarta.
Wage Rudolf Soepratman dilahirkan di Purworejo pada
9 Maret 1903. W.R. Soepratman bekerja sebagai wartawan
di sebuah surat kabar Tionghoa–Melayu bernama
Sin Po. Di surat kabar itu, Soepratman mendapat tugas
menulis perkembangan kebangsaan Indonesia. Karena
itu ia menjadi akrab dengan para tokoh gerakan kebangsaan
di Jakarta.
Pada Kongres Pemuda I di Jakarta,,Soepratman mendapat
tugas untuk meliputnya. Soepratman sangat terkesan
dengan keputusan tersebut sehingga ia menciptakan
sebuah lagu dengan judul Indonesia Raya. Lagu
tersebut diperdengarkan pertama kali dalam acara penutupan
Kongres Pemuda II tanggal 20 Oktober 1928.
Soepratman membawakan lagu Indonesia Raya dengan khitmat
dan diiringi dengan alat musik biola. Setelah
Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan
lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi,
Wage Rudolf Soepratman tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.
Beliau meninggal dunia karena penyakit paru-paru tanggal 17 Agustus
1938.
Hari
kelahiran Soepratman, 9 Maret oleh Megawati saat menjadi presiden Republik
Indonesia diresmikan sebagai Hari Musik Nasional. Hal tersebut dilakukan
untuk mengenang jasa-jasa beliau kepada bangsa Indonesia.[1]
[1] Siti Syamsiyah, Dkk. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 5 Untuk SD/MI Kelas 5. (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
No comments:
Post a Comment