BAB V
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAH
Pada
abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya
adalah Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tujuan mereka mencari rempah-rempah.
Selain itu mereka juga menyebarkan agama Kristen. Dari pelayaran
tersebut sampailah mereka ke Nusantara. Setelah sampai di Nusantara timbullah
keserakahan mereka. Semula mereka hanya berdagang kemudian mereka
ingin menguasai Nusantara. Diantara mereka yang paling lama menguasai dan
menjajah Indonesia adalah bangsa Belanda.
Kita
akan mempelajari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam membebaskan
dirinya dari belenggu penjajahan. Bagaimana para pemuda bangsa terketuk
hatinya untuk mengadakan gerakan nasional. Peranan para pemuda yang sangat
besar sehingga lahir sumpah pemuda. Bagaimana
kalian meneladani jejaknya? kalian akan bangga bukan? Tentunya kita
harus bangga pada tokoh pejuang bangsa kita.
A. Penjajahan Belanda di Indonesia
Sebelum mempelajari materi yang baru, adakah di antara kalian yang
belum memahami
materi yang lalu? Sekarang marilah kita pelajari tentang perjuangan para
tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Untuk mengawali, perhatikan
penjelasan tentang kedatangan penjajah Belanda di Indonesia.
Tahun 1596 Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, pertama
kali mendarat
di Banten. Tahun 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang VOC (Verenigde
Oost Indische Compagnie) di Batavia untuk memperkuat kedudukannya.VOC mempunyai
hak istimewa disebut Octroi. Gubernur Jendral VOC pertama Pieter
Both, kemudian digantikan J. P. Coen.
VOC ingin menguasai pusat-pusat perdagangan, seperti Batavia,
Banten, Selat Sunda, Makasar, Maluku, Mataram
(Jawa), dan berbagai daerah strategis lain. Belanda
dapat menguasai Nusantara karena politik kejam mereka yaitu politik adu
domba. Belanda mengadu domba raja-raja di daerah sehingga mereka terhasut dan
terjadilah perang saudara dan perebutan tahta kerajaan. Belanda membantu pemberontakan
dengan meminta imbalan daerah kekuasaan dagang (monopoli perdagangan).
Akhir abad ke-18 VOC bangkrut dan dibubarkan tanggal 31 Desember
1799. Indonesia diperintah oleh Kolonial Belanda dengan gubernur jendral
pertama Daendels yang sangat kejam. Rakyat dipaksa kerja rodi membuat jalan
sepanjang 1.000 km (dari Anyer–Panarukan), mendirikan pabrik senjata di Semarang
dan Surabaya juga membangun Pelabuhan Merak. Daendels digantikan Jansens
yang kemudian dikalahkan Inggris.
Tahun 1816 Indonesia dikembalikan ke Belanda, dengan Van den Bosch sebagai
gubernur. Ia menerapkan politik tanam paksa. Tujuannya untuk mengisikas Belanda
yang kosong.Tanam paksa menyengsarakan rakyat, selain rakyat dipaksa
menanam 1/5 tanahnya dengan ketentuan Belanda, mereka juga dipaksa membayar
pajak dan ganti rugi tanaman.
Tokoh yang melawan Belanda, antara lain sebagai berikut.
1.
Sultan
Agung Hanyakrakusuma dari Mataram (Tahun 1628 dan Tahun
1629)
Raden Mas
Rangsang menggantikan Raden Mas Martapura
dengan gelar Sultan Agung Senapati Ing Alogo
Ngabdurrachman. Ia adalah Raja Mataram yang memakai
gelar Sultan, sehingga lebih dikenal dengan sebutan
Sultan Agung. Sultan Agung memerintah Mataram
dari tahun 1613–1645. Di bawah pemerintahannya,
Kerajaan Mataram mencapai kejayaan.
Dalam memerintah kerajaan, ia bertujuan mempertahankan
seluruh tanah Jawa dan mengusir Belanda
dari Batavia.
Pada masa
pemerintahannya, Mataram menyerang
ke Batavia dua kali (tahun 1628 dan tahun 1629),
namun gagal. Dengan kegagalan tersebut, membuat
Sultan Agung makin memperketat penjagaan daerah perbatasan yang dekat
Batavia, sehingga Belanda sulit menembus Mataram. Sultan Agung wafat pada
tahun 1645 dan digantikan putranya bergelar Amangkurat I.
2.
Sultan
Ageng Tirtayasa dari Banten (1650–1682)
Sultan Ageng
Tirtayasa memerintah Banten dari tahun 1650–1692. Di bawah pemerintahannya,
Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Ia berusaha memperluas
kerajaannya dan dan mengusir Belanda dari Batavia. Banten mendukung
perlawanan Mataram terhadap Belanda di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa
memajukan aktivitas perdagangan agar dapat bersaing dengan Belanda.
Selain itu juga
memerintahkan pasukan kerajaan Banten untuk mengadakan perlawanan
terhadap Belanda di Batavia. Kemudian mengadakan perusakan perkebunan
tebu milik Belanda di Ciangke. Menghadapi gerakan tersebut, membuat
Belanda kewalahan.
Pada tahun 1671
Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota menjadi raja
pembantu dengan gelar Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji). Sejak saat itu Sultan Ageng
Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa.
3.
Sultan
Hasanudin dari Makasar Sulawesi Selatan yang Mendapat Julukan
Ayam Jantan dari Timur
Pada masa
pemerintahan Sultan Hasanudin, Kerajaan Makasar mencapai masa
kejayaan. Cita-cita Sultan Hasanudin untuk menguasai jalur perdagangan Nusantara
mendorong perluasan kekuasaan ke kepulauan Nusa Tenggara. Hal itu mendapat
tentangan Belanda. Pertentangan tersebut sering menimbulkan peperangan.
Keberanian Sultan Hasanudin dalam memimpin pasukan Kerajaan Makasar
mengakibatkan kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasanudin, Belanda menjulukinya dengan sebutan “Ayam Jantan dari Timur”.
4.
Pattimura
(Thomas Matulesi) dari Maluku
Pada tanggal 16
Mei 1817 Rakyat Maluku di bawah pimpinan Pattimura (Thomas
Matulesi) mengadakan penyerbuan ke pos Belanda dan berhasil merebut benteng
Duurstede. Dari Saparua perlawanan meluas ke tempat lain seperti Seram, Haruku,
Larike, dan Wakasihu. Hampir seluruh Maluku melakukan perlawanan, sehingga
Belanda merasa kewalahan. Pada tanggal 15 Oktober 1817, Belanda mulai mengadakan
serangan besar-besaran. Pada bulan November 1817 Thomas Matulesi berhasil
ditangkap.
5.
Imam
Bonjol dari Sumatra Barat
Rakyat
Minangkabau bersatu melawan Belanda. Terjadi pada tahun 1830– 1837.
Perlawanan terhadap Belanda di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol. Untuk
mengatasi perlawanan rakyak Minangkabau, Belanda menerapkan siasat adu
domba. Dalam menerapkan siasat ini Belanda mengirimkan pasukan dari Jawa di
bawah pimpinan Sentot Prawiradirja. Ternyata Sentot beserta pasukannya membatu
kaum padri. Karena itu Sentot ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa
Barat.
Pada akhir
tahun 1834, Belanda memusatkan pasukannya menduduki kota Bonjol.
Tanggal 16 Juni 1835, pasukan Belanda menembaki Kota Bonjol dengan meriam.
Dengan tembakan meriam yang sangat gencar Belanda berhasil merebut Benteng
Bonjol. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol menyerah.
Dengan menyerahnya Tuanku Imam Bonjol berarti padamlah perlawanan
rakyat Minangkabau terhadap Belanda.
6.
Diponegoro
(Ontowiryo) dari Yogyakarta (1825 – 1830)
Pangeran
Diponegoro dengan nama kecil Raden Mas
Ontowiryo, putra sulung Sultan Hamengkubowono III,
lahir pada tahun 1785. Melihat penderitaan rakyat, hatinya
tergerak untuk memperjuangkannya. Perlawanan
Diponegoro pemicu utamanya adalah pemasangan
tiang pancang membuat jalan menuju Magelang.
Pemasangannya melewati makam leluhur Diponegoro
yang dilakukan tanpa izin. Karena mendapat
tentangan, pada tanggal 20 Juli 1825 Belanda melakukan
serangan ke Tegalrejo. Namun dalam serangan
tersebut tidak berhasil menemukan Diponegoro,
karena sebelumnya Diponegoro telah memindahkan
markasnya di Selarong. Dalam perlawanan
melawan Belanda Pangeran Diponegoro dibantu
Pangeran Mangkubumi, Sentot Pawirodirjo, Pangeran Suriatmojo, dan Dipokusumo.
Bantuan dari ulama pun ada, yaitu dari Kyai Mojo dan Kyai Kasan Basri.
Untuk
mematahkan perlawanan Diponegoro, Belanda melaksanakan siasat Benteng
Stelsel (sistem benteng). Dengan berbagai siasat, akhirnya Belanda berhasil membujuk
para pemimpin untuk menyerah. Melihat hal itu, Pangeran Diponegoro merasa
terpukul. Dalam perlawanannya akhirnya Pangeran Diponegoro terbujuk untuk berunding. Dalam perundingan, beliau ditangkap dan diasingkan
ke Makasar sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 8 Januari
1855.
7.
Pangeran
Antasari dari Banjarmasin
Perlawanan
rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayat
dan Pangeran Antasari. Perlawanan tersebut terkenal
dengan Perang Banjar, berlangsung dari tahun 1859–1863.
Setelah
Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan
ke Cianjur, Jawa Barat perlawanan rakyat Banjar
masih terus dilakukan dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Atas keberhasilan memimpin perlawanan, Pangeran
Antasari diangkat sebagai pemimpin agama tertinggi
dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin. Beliau terus mengadakan perlawanan
sampai wafat tanggal 11 Oktober 1862.
8.
Sisingamangaraja
XII dari Tapanuli Sumatra Utara
Sisingamangaraja
lahir di Baakara, Tapanuli pada 1849 dan menjadi raja pada tahun
1867. Saat bertahta, ia sangat menentang penjajah dan melakukan perlawanan,
akibatnya ia dikejar-kejar oleh penjajah. Setelah
tiga tahun dikejar Belanda, akhirnya persembunyian Sisingamangaraja diketahui
dan dikepung ketat. Pada saat itu komandan pasukan Belanda meminta kembali
agar ia menyerah dan menjadi Sultan Batak, namun Sisingamangaraja tetap
menolak dan memilih mati daripada menyerah.
Akibat
peralatan canggih pihak Belanda, maka pasukan Sisingamangaraja XII
mundur dan bertahan di Benteng Parik Sabungan Pearaja Sion Parlilitan. Belanda
dengan segala macam tipu muslihat berhasil memancing Sisingamangaraja
XII keluar dari Benteng pertahanan dengan cara menawan permaisuri
beserta keluarganya.
Menyaksikan hal
tersebut Sisingamangaraja XII semakin marah dan terjadilah baku
tembak yang sengit sampai terjadi perang.
Dalam
pertempuran itu, putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi termasuk panglima
dan putrinya Lopain tewas tertembak. Melihat putrinya Lopain tertembak
Sisingamangaraja XII berlari dan merangkulnya sehingga tubuh Raja itu
terkena darah dan kekebalannya menjadi sirna. Pada waktu itulah, pimpinan pasukan
Belanda Kapten Chirtofel memerintahkan penembak yang mengakibatkan gugurnya
Sisingamangaraja XII pada tanggal 17 Juni 1907.
9.
Teuku
Umar dan Cut Nyak Dien dari Aceh
Teuku Umar dan
Cut Nyak Dien adalah merupakan pahlawan dari Aceh. Mereka
berdua mengadakan perlawanan di Aceh Barat. Dalam perlawanannya mereka
menyerang pos-pos pertahanan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan tersebut
Belanda menggunakan siasat adu domba, namun gagal. Dengan kegagalan tersebut
mengakibatkan Deijckerhoff dipecat dari jabatannya sebagai gubernur militer.
Kemudian
Belanda menyusun siasat baru. Belanda mengirimkan Dr. Snouck Hurgronje
untuk menyelediki masyarakat Aceh dengan melakukan penyamaran. Dalam
penyamaran Dr. Snouck Hurgronje menyamar sebagai ulama dengan nama Abdul
Gafar. Berdasarkan hasil penyelidikan Abdul Gafar tersebut, Belanda memperoleh
petunjuk bahwa untuk menaklukkan Aceh harus digunakan siasat kekerasan.
Siasat ini membuat pasukan Teuku Umar kewalahan. Pada tanggal 11 Februari
1899, Teuku Umar gugur sebagai pahlawan bangsa. Perjuangan dilanjutkan
oleh istrinya Cut Nyak Dien dan Cut Meutia.
B.
Pergerakan Nasional Indonesia
Pergerakan nasional adalah perjuangan yang mengikutsertakan seluruh
rakyat Indonesia. Latar belakang timbulnya
pergerakan nasional adalah rasa senasib dan sepenanggungan,
penderitaan rakyat akibat penjajahan, rakyat yang tidak mempunyai
tempat mengadu nasib, adanya golongan terpelajar yang sadar akan perjuangan,
dan kemenangan Jepang melawan Rusia pada tahun 1905.
Sesudah tahun 1908 perjuangan banyak ditempuh dengan jalan
diplomasi. Kegagalan perjuangan sebelum tahun
1908 disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.
1.
Belum
ada persatuan dan kesatuan di seluruh Nusantara.
2.
Perjuangan
masih bersifat kedaerahan.
3.
Kalah
dalam persenjataan dan teknik perang.
Tokoh penting pergerakan nasional antara lain sebagai berikut.
1.
R.
A. Kartini lahir di Jepara 21 April 1879 Jawa Tengah. Menerbitkan buku
Habis Gelap Terbitlah Terang, cita-citanya ingin memajukan kaum wanita
sederajat dengan pria. Ia mendapat gelar pahlawan emansipasi wanita.
2.
Dewi
Sartika dari Jawa Barat. Ia mendirikan sekolah Kautaman Istri.
3.
dr.
Sutomo, pendiri Budi Utomo pada tangal 20 Mei 1908. BU adalah organisasi
pergerakan nasional pertama maka kelahirannya diabadikan sebagai
hari kebangkitan nasional yaitu tanggal 20 Mei.
4.
K.H.
Dewantoro lahir tanggal 2 Mei di Yogyakarta dengan nama kecil R.Suwardi
Suryaningrat. Jasa beliau adalah sebagai berikut.
a.
Pendiri
Indische Partij bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusuma.
Mereka bertiga dikenal dengan nama Tiga Serangkai.
IP berdiri tanggal 25 Desember 1912 di Bandung dengan tujuan
ingin mempersatukan Indonesia mencapai kemerdekaan.
b.
Pendiri
Taman Siswa tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta, organisasi pendidikan
dan kebangsaan. Ia mempunyai semboyan “Ing ngarso sung
tulodho, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani.” Karena jasa
beliau di bidang pendidikan beliau mendapat gelar Bapak Pendidikan
Nasional. Dan tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan
Nasional.
5.
Douwes
Dekker adalah mantan residen Lebak, ia menulis buku Max Havelaar
dengan nama samaran Multatuli. Isi buku menceritakan penderitaan
rakyat selama 31 tahun sewaktu dilaksanakan tanam paksa. Buku
itu menggegerkan warga Belanda, akhirnya tanam paksa dibubarkan.
Douwes Dekker juga ikut mendirikan Indische Partij. Tokoh lain
yang ikut dalam pergerakan nasional adalah Saman Hudi (pendiri SDI)
dan Hos Cokroaminoto, K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah),
Ir. Soekarno, dan kawan-kawan (pendiri PNI), dan Muh.
Hatta (pendiri PI).
C. Peranan Sumpah Pemuda
Trikoro Darmo adalah organisasi pemuda pertama. Berdiri 7 Maret
1917 dipimpin oleh R. Satiman Wirjosandjojo. Tahun 1918 berganti nama
dengan Jong Java. Tahun 1917 Moh. Hatta
mendirikan Jong Sumatranen Bond (JSB). Tahun 1918
pemuda Ambon mendirikan Jong Ambon. Setelah itu menyusul Jong Celebes, Jong
Batak, dan Sekar Rukun (Sunda).
Tujuan mulia Trikoro Darmo yaitu sakti, budi, dan bakti. Pada bulan Nopember
1925 organisasi itu mengadakan pertemuan di Jakarta dan sepakat untuk
berkumpul kembali.
Pada bulan April 1926 diadakan kongres pemuda I di Jakarta.
Ketuanya adalah M. Tabrani dan Sumarto sebagai
wakilnya. Sekretarisnya adalah Jamaludin Adinegoro,
dan Suwarso sebagai bendaharanya.
Pada tanggal 27–28 Oktober 1928 diadakan Kongres Pemuda II.
Ketua : Soegondo Djojopuspito
Wakil Ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Moh. Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Kongres Pemuda II menghasilkan Ikrar Sumpah Pemuda yang isinya
sebagai berikut.
1.
Kami
putra-putri Indonesia, mengakui bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
2.
Kami
putra-putri Indonesia, mengakui berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3.
Kami
putra-putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sebelum sumpah pemuda dibacakan dinyanyikan lagu Indonesia Raya
oleh W.R. Supratman, setelah itu setiap pertemuan dimulai dinyanyikan
lagu Indonesia Raya untuk menggugah semangat
pemuda. Pada tanggal 22 Desember 1928 diadakan
kongres organisasi wanita di Yogyakarta. Tanggal 22 Desember diperingati
sebagai Hari Ibu.
D. Pendudukan Jepang di Indonesia
Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang datang pertama kali di Tarakan Kalimantan
Timur. Tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
Pada awal mulanya Jepang bersikap manis dengan propagandanya yaitu Tiga
A yang berisi Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia.
Tujuan 3A adalah untuk menggerakkan rakyat membantu Jepang. Tanggal 9
Maret 1943 dibentuk Putera (pusat tenaga rakyat) yang dipimpin oleh Empat Serangkai,
yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, K.H. Dewantara, dan K.H. Mas Mansur.
Tahun 1944 Jepang membentuk Jawa Hokokai atau Perhimpunan Kebaktian
Jawa untuk kepentingan perang Jepang.
Untuk membantu militer Jepang dibentuk organisasi Seinendan,
Fujinkai, Bogodan (pembantu polisi), Keibodan
dan Heiho (pembantu prajurit). Tahun 1943 dibentuk
PETA (tentara pembela tanah air) dan giguyun (tentara suka rela) yang bertugas
mempertahankan wilayahnya.
Untuk kepentingan perang Jepang, rakyat diperas
dan dipaksa bekerja. Jepang menggerakkan pekerja
paksa yaitu Romusha. Mereka dipaksa bekerja
di tengah hutan, di tebing, pantai, sungai untuk
membuat lapangan terbang dan kubu-kubu pertahanan
serta rel kereta api. Romusha dipekerjakan
di dalam dan luar negeri seperti Burma, Malaysia
dan Thailand.
Akibat penjajahan Jepang, rakyat kelaparan, kurang
pangan, dan sandang. Rakyat dipaksa menanam
padi sebanyak-banyaknya dan jarak untuk
dijadikan pelumas mesin-mesin dan pesawat. Jepang
berkuasa di Indonesia selama kurang lebih tiga
setengah tahun.
Beberapa tokoh pahlawan yang mengadakan perlawanan
terhadap Jepang, yaitu
1.
Tengku
Abdul Jalil dan Tengku Abdul Hamid memimpin perlawanan di Aceh
tahun 1942 dan 1944.
2.
K.H.
Zainal Mustafa di Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat tahun 1944.
3.
Pang
Suma di Tayan Pontianak Kalimantan Barat tahun 1944.
4.
L.Roemkorem
di Papua tahun 1943.
5.
Supriyadi
di Blitar Jawa Timur tanggal 14 Februari 1945.[1]
[1] Siti Syamsiyah, Dkk. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 5 Untuk SD/MI Kelas 5. (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008)
No comments:
Post a Comment